CARA KU MENIKMATI BUNGA
Bagaimana cara
menikmati bunga? Ketika dipohonya atau kita bawa kemana-mana? Terkadang sayang untuk
memetiknya tapi rasanya ingin selalu melihatnya. Seperti itu di Kota Batu, di
balik jendela mobil banyak terlihat kebun bunga. Terlewati satu demi satu kebun
bunga. Tidak seperti bayangan taman bunga terawat, tanaman hias itu tidak
tersusun rapi dan indah. Memang tanaman itu dirawat untuk dipetik bunganya. Entah
untuk besik makam atau menghias acara pernikahan. Lalu bagaimana
seharusnya ku menikmatinya?
Ketika sampai
saat berkunjung di taman. Banyak bunga-bunga terawat dengan rapi. Hingga rumputnya
pun tersusun sedemikian rupa. Indah tapi tak tersentuh. Akhirnya aku puas
dengan memfotonya saat disana. Ketika dirumah, yah… itu hanya foto taman bunga.
Mungkin posesifku suka dengan jepretan-ku
sendiri. Tapi rasa melihatnya tetap berbeda dengan memandang langsung kelopak-kelopak
mereka merekah terkena cahaya pagi. Apakah
suasana sendiri di rumah yang membuat berbeda dengan waktu di taman itu
bersamamu? Lalu apa aku harus datang lagi sendiri? Tanpamu?
Sepedamotor
sudah menyala di halaman rumah, sementara aku memasukan barang-barang kedalam
tas. Selesai bersiap langsung menuju ke taman itu pagi hari. Kali ini sendiri. Memotret
setiap sudut yang aku anggap bagus untuk dibawa pulang gambarnya. Hanya beberapa
detik untuk memencet tombol shutter,
karena itu aku banyak luang untuk menikmatinya kembali. Sangat beda rasanya,
indah tapi waktu berjalan lambat. Mungkin bercanda denganmu yang membuat waktu
terasa berisi dan cepat. Lalu aku tak tahu kamu sedang apa saat itu, tapi aku
sedang melihatmu di sana dalam galeri foto di handphone ku. Lama-lama malu sendiri dan terpikir sangat lucu, aku
senyum-senyum goblok sementara kau sedang didepan layar ngetik-ngetik apa terserah sana, aku tidak tahu. Yang pasti kamu
sedang sibuk dengan kerjaanmu. Lah… kenapa malah menjadi kesini suasanaku. Apa taman
itu memang dirancang untuk mencipta kenangan dan mengenang kenangan? Geer saja dengan kebingunganku sekarang
mau menikmati taman yang indah malah teringat kenangan. Asal pulang aku tidak
mau mengingat ketika mengantarmu, dan sangat tidak ingin aku kenang. Bahkan teringat,
eh… bukanya ini sudah teringat. Ah… terserahlah. Aku hanya mau setelah ini
pulang dengan gambar yang tanpa kamu. Instagramku tak mungkin terisi gambarmu
disitu.
***
Tanpa atau
dengan tahu, manusia lahir dengan membawa sifat gengsi. Tak terkecuali aku. Malam
ini tak mungkin bisa mengisi waktu hanya keluar masuk social media. Sangat membosankan,
biasanya selalu ada chat-chat darinya.
Tapi mana mungkin malam ini. Kami sudah tak saling berhubungan beberapa hari. Tuh…
kan… dia upload tamanya yang gak ada aku-nya… gak apa-apa sih cuman
kemarin kan sama aku. Marah deh kayaknya, status BBM juga gak di update
seharian. Ah DP-nya masih yang motret aku waktu itu. Patung kelincinya emang
imut sih, jadi bagus. Cuman waktu aku mau poto sama patung anjing lucunya malah
dari bawah angle-nya, jadi kelihatan tembem pipiku. Padahal sudah aku bilang,
eh katanya bagus-bagus… setelah aku lihat gendatz pipiku. Eh mana
fotonya ya… kemarin kayaknya ada kok yang di HP-ku. Yah ngapain aku hapus,
sayangkan…
*PING!!!*
ngapain nih
nge-ping aku,
“apa?” 19.00
19.01“ Photo
Photo
Photo
Photo”
19.02 “ Sorry telat
fotonya…”
“oh… Gpp” 19.10
19.11 “:D”
19.25 “Makan yuk… sekalian mau minta maaf. :D”
***
Akhirnya aku
tahu, menikmati bunga yang masih di taman atau dipetik mempunyai konteks yang
berbeda. Menikmati yang masih ditaman hanya akan indah jika denganmu, dan yang
dipetik untuk menikmati mabuk kepayang melihat ekspresimu. “ Aku bawa saksi dari taman bahwa saat itu, secara de facto, kita berpacaran. Lalu
bagaimana sekarang? ” blak-blakanku
sambil menekuk lutut dan mempersembahkan mawar. Entah syok atau bagaimana tapi malu-malu
kau melepas gengsi dengan mengangguk saja. Lalu kata "Iya..." :D:D:D
Komentar
Posting Komentar